[lihat.co.id] - Alotnya relokasi warga Waduk Pluit hingga kini masih menjadi kendala untuk normalisasi dan pengerukan waduk. Bahkan, ketegangan juga mencuat antara Komnas HAM dengan Pemprov DKI Jakarta.
Ketegangan antara Pemprov DKI dengan Komnas HAM tak lepas dari pemanggilan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo . Tak heran jika kemudian, Ahok ingin memberikan pembelaan terhadap Jokowi . Dalam beberapa kesempatan, Ahok mengeluarkan pernyataan keras terhadap Komnas HAM.
Ahok menuding Komnas HAM melindungi warga bantaran Waduk Pluit yang tidak mau pindah padahal menduduki tanah negara. Berikut 7 amarah Ahok terhadap Komnas HAM seperti dirangkum merdeka.com:
Ketegangan antara Pemprov DKI dengan Komnas HAM tak lepas dari pemanggilan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo . Tak heran jika kemudian, Ahok ingin memberikan pembelaan terhadap Jokowi . Dalam beberapa kesempatan, Ahok mengeluarkan pernyataan keras terhadap Komnas HAM.
Ahok menuding Komnas HAM melindungi warga bantaran Waduk Pluit yang tidak mau pindah padahal menduduki tanah negara. Berikut 7 amarah Ahok terhadap Komnas HAM seperti dirangkum merdeka.com:
1. Kurang kerjaan
[lihat.co.id] - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berang dengan sikap Komnas HAM atas warga Waduk Pluit. Ahok bahkan menyebut Komnas HAM kurang kerjaan.
"Saya sebenarnya juga sudah males. Saya banyak kerjaan tahu gak. Komnas HAM kan memang kurang kerjaan gitu, jadi bawa temannya banyak. Saya gak punya waktu banyak untuk ladenin mereka sebetulnya gitu lho," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat (17/5).
Ahok mempertanyakan pengertian HAM yang dianut oleh Komnas HAM. "Itu HAM saya mau tanya ya, kita tidak bersumpah seperti itu. Kalau lagi rob 28 meter, kalau itu roboh, 17.000 orang mati gak kira-kira, air laut masuk. Itu ngelanggar HAM gak? Kalau kita tahu ada orang bisa bahaya kita tidak pindahkan itu ngelanggar HAM orang gak? Jadi fungsi HAM ini apa?," kata Ahok.
2. Ajari orang tinggal di tanah negara tanpa izin
[lihat.co.id] - Ahok masih menyesalkan sikap Komnas HAM yang membela warga di bantaran Waduk Pluit. Ahok menyebut ada warga Pluit yang mengancam dengan golok. Bahkan ada pula yang akan membakar hidup-hidup orang kepercayaannya.
"Kenapa kementerian kelautan perikanan gak pernah gusur mereka? Karena (mereka) lebih galak. Kami yang punya 400 rusun aja mau pakai golok, itu Komnas HAM urus gak, terus Natanael mau dibakar hidup-hidup waktu ke sana mendata, Komnas HAM urus gak? Terus ngancam mau cegat saya. Kemarin juga ada insiden kan di Komnas HAM, mobil lewat ditimpukin, itu Komnas HAM urus gak?" papar Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat (17/5). Natanael yang dimaksud Ahok adalah orang kepercayaannya.
Ahok memaparkan, sikap Komnas HAM yang membela warga menduduki Waduk Pluit bisa mengakibatkan banyak orang menduduki tanah negara dengan cara mereka sendiri. Dengan tindakan seperti itu, ujar Ahok, Komnas HAM mengajarkan orang bisa tinggal di tanah negara tanpa izin.
"Bikinlah (rumah) di tanah orang dan tanah negara, karena anda akan diminta, dibagikan lahan. Jadi kalau anda gak punya rumah, gak punya harta di Jakarta, buatlah rumah gubuk atau apapun di tanah negara atau tanah orang. Kalau tanah orang gak bisa masuk, ajak ramai-ramai masuknya, seribu orang gitu, dudukin sana tenda, camping.
Jadi kalau ada tanah kosong, itu ngajarin orang gitu lho, jadi gak lama lagi di Jakarta orang akan kirim seribu orang dudukin tanah orang, pasang tenda, nginep di situ, waktu mau diseret keluar, intimidasi. Kalo datang polisi, itu disebut intimidasi, kalo sampai diseret, itu melanggar HAM. Jadi kalau gak melanggar HAM bagaimana? Harus dibagikan lahan, carikan rumah, dikasih uang, baru itu tidak melanggar HAM, ya udah itu aja pelajarannya," ujar Ahok keras. Maksud pernyataannya Ahok ini tentu untuk menyindir Komnas HAM.
3. Kalau saya mati, cuma duka cita
[lihat.co.id] - Ahok berang dengan berlarut-larutnya ketegangan antara pihaknya dengan Komnas HAM. Terlebih saat Komnas HAM menyatakan bakal memanggil paksa dirinya dan Jokowi jika tidak memenuhi panggilan.
"Makanya saya bilang ke Komnas HAM, kalau orang serbu rumah saya, saya mati terbunuh, dia ngomongnya apa? Turut berduka kan? Tapi kalau saya berhasil menyerang membantai penyerang saya, mati, dan saya masih hidup, saya dibilang melanggar HAM. Jadi gimana cara berpikirnya," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat (17/5).
Mantan bupati Belitung Timur itu menceritakan jika dirinya lebih lama tinggal di wilayah Jakarta Utara dibandingan warga yang menguasai dan menduduki lahan Waduk Pluit.
4. Tidak mengerti HAM
[lihat.co.id] - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memanggil Gubernur DKI Jakarta untuk meminta penjelasan tentang penggusuran warga yang bermukim di Waduk Pluit. Namun, hal tersebut menuai kritikan dari Ahok bahwa pemanggilan itu dianggap tak berdasar.
Bahkan Ahok ingin memberikan kuliah umum pada Komnas HAM tentang pengertian HAM.
"Komnas HAM yang terhormat. Musti ditinjau ulang tuh pengertiannya Komnas HAM. Perlu saya kasih kuliah umum mereka soal HAM itu apa. Ya saya jelasin HAM itu apa gitu loh,"ujar di Balai Kota Jakarta, Kamis (16/5).
Menurutnya pembelaan Komnas HAM Kepada warga waduk Pluit yang telah menempati lahan negara seluas 80 ha tersebut tidak mengerti atas HAM.
5. Gak heran berebut Camry
[lihat.co.id] - Ahok mengecam Komnas HAM yang membela warga Waduk Pluit yang tidak mau digusur. Menurut Ahok, tidak heran jika komisioner Komnas HAM rebutan Toyota Camry.
"Makanya saya bilang, Komnas HAM mau bela ini? Bela orang seperti ini? Saya meragukan mereka ngerti arti HAM itu apa. Ya nggak heran lah Komnas HAM bisa berebutan mobil Camry. Tulis itu baik-baik," seru Ahok dengan suara tinggi di Balai Kota DKI, Jakarta, Kamis (16/5).
Hingga saat ini, Ahok mengaku tidak mengerti HAM seperti apa yang dibela mati-matian oleh Komnas HAM. Menurutnya langkah Komnas HAM membela warga yang tinggal di lahan ilegal merupakan langkah yang konyol.
"Nggak heran saya sama anggota Komnas HAM, kalau nggak ngerti HAM. Karena mobil Camry saja bisa berebut. Suruh naik Transjakarta saja. Saya tanya sekali lagi, siapa yang langgar HAM. Ini kan konyol sebetulnya," jelasnya.
6. Coba aja kalau mau seret saya
[lihat.co.id] - Kegusaran Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kepada Komnas HAM belum juga habis. Ahok, sapaan akrab Basuki gusar setelah ada pernyataan bahwa dia akan dipanggil paksa ke Komnas HAM.
Dia dengan keras menantang Komnas HAM untuk membawanya. "Ancam seret saya coba aja, untung pak gubernur sudah kesana, kalo mau seret kita (secara) paksa, coba. Udah ga rasional Komnas HAM melakukan pembelaan seperti ini, anda bisa ngoceh saya juga bisa emosi. Kalo mau (saya) anda seret, silakan datang, saya tunggu," kata Ahok di Balai Kota, Jumat (17/5).
Ahok menambahkan, Komnas HAM tidak perlu mencari data tentang warga Waduk Pluit. Sebab, pihaknya sudah memiliki data sejak lama. "Kita udah keliling udah lama, begitu mau operasi udah ada data tanya nama per nama masa bisa bohong, dari kelurahan segala macam ada nama semua," ujar Ahok.
Kalau warga di bantaran Waduk Pluit ingin bagi sertifikat, Ahok menantang kalau mau sekalian lahan Monas. "Lebih bagus di Monas aja sekalian lebih luas, atau di Ragunan ada 150 hektar. Di Cibubur dudukin aja. Komnas HAM kita cuekin saja," kata Ahok.
7. Kita ga mau terlalu pusing
[lihat.co.id] - Alotnya relokasi warga Waduk Pluit hingga kini masih menjadi kendala untuk normalisasi dan pengerukan waduk. Bahkan, ketegangan juga mencuat antara Komnas HAM dengan Pemrov DKI Jakarta.
Ahok tidak mau terlalu pusing akan sikap dan pernyataan Komnas HAM.
"Ya kita gak mau terlalu pusingin lah, ya kan? Bagi kita Komnas ini yang gak kena sasaran aja. Kalau mereka ikut terlibat, jadi gimana nanti efeknya? Kita sih gak masalah," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat (17/5).
Namun demikian, dengan garang Ahok justru menantang Komnas HAM untuk membantu Pemprov DKI Jakarta dalam menyelesaikan masalah warga Waduk Pluit.
"Cuma sekarang Komnas HAM juga harus bantu kita, ada beberapa orang yang melarang orang pindah, memanfaatkan orang miskin, pengusaha yang menduduki tanah, seperti Pak Tedi yang ambil 2 hektar, Pak Budi 6.000 meter misalnya, itu semua kita punya data," ungkap Ahok.
No comments: